Mimpi besarq,,,,mengunjungi desa-desa kecil di Inggris, yang keindahannya seringkali diabadikan dalam travel card, kartu natal, & beragam kartu pos,,,,,,,,
EDENSOR, ENGLAND
Desa cantik yang digambarkan dalam tetralogi Laskar Pelanginya Andrea Hirata ini terletak di lereng bukit Derbyshire, Inggris.
Perjalanan menuju Edensor dapat ditempuh dari Kota Sheffield, berada di kawasan Peak District. Perjalanan dari Leeds
menuju Sheffield bisa ditempuh dalam waktu satu jam dengan kereta yang
tiketnya seharga 7 Pounds. Bus yang melewati Edensor bisa didapat di
stasiun bus yang jaraknya lima menit jalan kaki dari Stasiun kereta
Sheffield. Frekuensi kedatangan bus itu setengah jam sekali pada hari
kerja dan hanya sejam sekali pada hari libur dengan tiket pulang-pergi
seharga 5 pounds.
Pemandangan indah yang disuguhkan
hamparan padang rumput hijau muda, warna khas rumput menyambut
datangnya musim semi.Atau saat menyusuri punggung bukit di kawasan Derbyshire yang sangat elok dan rupawan, dan dihiasi titik-titik
putih di kejauhan. Titik-titik putih itu tak lain adalah kawanan domba
Derbyshire yang sedang asyik merumput dan memakan buah apel yang jatuh di antara
rerumputan hijau dan tanaman berbuah ceri.
Tujuan pertama yang bisa kita datangi adalah Chatworth House. Letaknya persis di depan Desa Edensor. Menurut kabar, pemilik Chatworth House Dukes of Devonshire inilah yang dulu mendirikan Desa Edensor. Namun, desa ini dulu didesain sebagai tempat tinggal para pekerja kebun, tukang asuh kuda, serta pelayan rumah tangga bagi para bangsawan yang tinggal di Chatworth.
Chatworth House memiliki ukuran yang sangat besar,
khas rumah-rumah bangsawan Inggris di masa lampau. Lengkap dengan
halaman, koleksi perabotan dan lukisan, tetumbuhan menjalar yang berbentuk labirin besar
merupakan daya tarik wisata utama di sekitar tempat ini serta peninggalan orisinil
barang-barang pribadi milik si tuan tumah.Di bagian belakang rumahnya. Terdapat halaman yang sangat luas,
berhiaskan air terjun buatan! Air terjun buatan ini dibangun di punggung
bukit. Airnya dipompa dari danau yang letaknya tak jauh dari rumah
megah ini. Air hasil pompa tersebut dialirkan ke
kolam di atas bukit. Dari kolam ini, air mulai menuruni punggung bukit,
pasrah pada gravitasi bumi, melewati susunan tangga yang terbuat dari
semen . Kolam di bawahnya hanya sebatas mata kaki, sehingga para
pengunjung bisa bermain air di sini. Air terjun ini adalah pemandangan
yang luar biasa!
Dari atas bukitnya, sejauh mata
memandang terpampang panorama yang memanjakan mata. Hijau, segar, dan
bersih. Dari atas bukit ini pula, terlihat Gereja St Peter yang menjadi
ikon Desa Edensor. Indahnya tak tertandingi.
Titik-titik putih yang tadi terlihat di
perjalanan kini menjelma menjadi domba-domba sehat dan riang. Mereka
tampak ramah dan tak merasa terusik dengan
kehadiran pengunjung. Beberapa anak domba bermain dan melompat riang, yang
lain tidur bermalas-malasan di bawah pohon rindang.
Satu hal unik yang bisa ditemui dari pedesaan
di Britania Raya adalah adanya pintu gerbang untuk memasuki kawasan
desa. Meski pintunya selalu terbuka, tanpa kunci pula, gerbang ini
membuatkita serasa memasuki kawasan tertutup yang boleh dimasuki tanpa
izin penghuninya.
Namun rupanya, pintu ini didesain untuk
menghentikan hewan peliharaan seperti domba dan sapi agar tidak memasuki
kawasan pemukiman. Untuk masuk ke desanya, kita harus melewati pagar
besi yang sepintas mirip jeruji penjara. Namun, lebih besar dan
berukuran sekitar 4x5 meter persegi.
Jeruji ini diletakkan di tanah yang
sudah digali tak terlalu dalam. Serunya, inilah yang akan menghentikan
langkah para hewan ketika memasuki kawasan desa karena kaki mereka akan
terperangkap di dalamnya. Biasanya, hewan-hewan ini akan mundur lalu
melenggang pergi saat mendapati kenyataan bahwa mereka tak mungkin
melewati rintangan ini.
Di beberapa pedesaan Inggris, jeruji
semacam ini banyak ditemui di jalanan menuju peternakan. Namun, Edensor
mungkin jadi satu-satunya desa yang terisolasi oleh jeruji ini.
Siapa pun yang memasuki desa ini akan
merasa damai, teduh, dan tenang. Menara tinggi Gereja St Peter seolah
mengucapkan selamat datang, berdiri gagah di depan gerbang desa, meski
terlihat letih karena usia. Beberapa rumah mungil bekas dihuni oleh para
pelayan Chatworth tampak sepi, namun hingga sekarang masih tertata rapi
walaupun usianya terlihat tua.
Konsep arsitektur rumah-rumah itu mirip
dengan rumah induknya, yaitu Chatworth House. Sekilas, kita merasa sedang
berada di negeri dongeng. Bangunan-bangunan mungil ini terbuat dari
batu alam, dengan menara kecil di sudut rumah dan bingkai jendela serupa
rumah-rumah di buku cerita.
Tak ada rumah baru di sini. Mungkin
karena memang dijaga keasliannya. Pelataran rumahnya tampak rapi dengan
bunga warna-warni. Beberapa halaman ditumbuhi juga oleh tanaman buah
khas negeri ini.
Suasana desa, hawa sejuknya, udara yang segar, bebukitan yang menghampar tak beraturan, rumah-rumah petani yang terbuat dari batu berwarna kelabu, tanaman bunga di pekarangan dan pagar, aneka pohon apel yang bertebaran di antara rerumputan hijau. Semua terangkai dengan bingkai langit biru dan sekelompok awan sisa hujan yang berarak mengejar burung-burung yang terbang bebas, melengkapi gambaran indah yang menciptakan suasana damai.
Suasana desa, hawa sejuknya, udara yang segar, bebukitan yang menghampar tak beraturan, rumah-rumah petani yang terbuat dari batu berwarna kelabu, tanaman bunga di pekarangan dan pagar, aneka pohon apel yang bertebaran di antara rerumputan hijau. Semua terangkai dengan bingkai langit biru dan sekelompok awan sisa hujan yang berarak mengejar burung-burung yang terbang bebas, melengkapi gambaran indah yang menciptakan suasana damai.
Sebelum meninggalkan kawasan Derbyshire
keesokan harinya, sempatkan diri untuk duduk di atas bukit
seberang desa. Menikmati keindahan Edensor dari jauh, ditemani beberapa
rusa jinak yang merumput sambil mengitari kami.
Suatu saat di musim semi, Ku bermimpi ke sana!
Suatu saat di musim semi, Ku bermimpi ke sana!
“Sure Love, It’s Edensor.”
J
Tipikal rumah di Edensor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar